pasang iklan

Selasa, 23 Juni 2015

Secret Admirer



Secret  Admirer

             Aku tak pernah sengaja melabuhkan hatiku di pelabuhan hatimu rasanya seperti angin yg sengaja menyeretku dan menghilangkan kendaliku sehingga aku terdampar di hatimu, semakin aku lawan, semakin terasa berat dan menyakitkan. Aku tak pernah menyadari cinta ini salah, sebelum aku merasakan cinta ini ternyata menyakitkan. Aku tak pernah menyadari cinta ini keliru, sebelum aku sadar kamu belum juga menyadari cinta yg aku tunjukkan kepadamu.
             Mungkin kehadiranku dan perhatianku yg tak pernah absen untukmu belum cukup untuk menunjukan bahwa aku mencintai kamu melebihi batas kesadaranku. Mungkin kamu memang tak pernah mengharapkan apa yg aku harapkan, kamu tak pernah mengerti apa yg selalu aku artikan penting dan kamu tak pernah peduli sedalam apa luka yg aku rasakan ketika kamu menyebut-nyebut namanya di hadapanku, terdengar oleh telingaku, lalu saraf membawa nama itu ke otakku, lalu hatiku, dan berujung di air mata, air mata yg menetes. Aku muak dengan perasaan ini, perasaan ingin memiliki seperti ini. Rasanya ingin sekali aku menanyakan perasaanmu terhadapku, tapi aku belum yakin akan ada jawaban yg menyenangkan yg akan keluar dari mulutmu. Sulit untuk aku bisa menerka siapa yg akan merebut perhatianku diam-diam, sulit memang untuk mencari seseorang yg tepat untuk dicintai. Sulit untuk aku hindari, bahwa kamulah seseorang yg aku cintai itu, seseorang yg selalu ada di sekitarku setiap hari, seseorang yg setiap hari bercanda denganku.



Writer : "A"
Posted on by RAteam | No comments

Relationship Goals



Relationship Goals

             Suatu hari, seorang pasangan kekasih sedang berjalan-jalan di taman. Dipetiknya sebuah bunga cantik oleh si pria dan diberikan kepada kekasihnya.

“ini untukmu sayangg.”
            
             Di luar dugaan, kekasihnya justru terdiam. Tak berapa lama kemudian ia bertanya pada kekasihnya.

“kenapa kau menyukaiku? Kenapa kau mencintaiku?” ucap sang wanita.

“aku juga tidak tahu alasannya. Tetapi aku sangat menyukaimu, aku mencintaimu sayang.” Jawab si pria dengan tulus.

“kamu jahat! Kamu bahkan tidak bisa menyebutkan satu pun alasan mengapa kau menyukai aku. Kalau suatu saat nanti ada yg lebih cantik dari aku, pasti kau akan meninggalkan aku. Bagaimana bisa kau bilang bahwa kau mencintaiku jika kau tak tahu alasannya?” ucap lagi sang wanita yg membuat pria itu bingung.

“aku benar-benar tidak tahu alasannya sayang. Tetapi, bukankah perhatian, kasih sayang dan kehadiranku di hidupmu sudah menjadi bukti cintaku?” jawab si pria.

“bukti apa? Semua tidak membuktikan apapun. Aku hanya butuh alasan, kenapa kamu bisa menyukaiku? Kenapa kamu mencintaiku?” tanya lagi sang wanita kepada si pria.

“baiklah, akan kucoba cari alasannya. Mm..karena kamu cantik, kamu punya suara yg indah, kulitmu halus, rambutmu lembut.. cukupkah alasan itu?” jawab si pria.

             Kekasihnya kemudian mengangguk dan menerima bunga itu dengan senang hati.

****

             Beberapa hari kemudian, sebuah kecelakaan menimpa sang wanita tersebut. Ia harus kehilangan rambutnya yg panjang dan lembut karena terjepit dan terpaksa harus dipotong. Ia juga harus kehilangan suara dalam beberapa waktu karena pita suaranya terbentur keras. Kulitnya yg dulu halus mulus kini terpapar beberapa jahitan. Ia berbaring tak berdaya.
             Disampingnya ada secarik surat, ia pun membacanya.

“kekasihku,
Karena suaramu tak lagi semerdu dulu, bagaimana aku bisa mencintaimu?
Dan karena rambutmu kini sudah tak sepanjang dan lembut lagi, aku tak bisa membelainya. Aku juga tak bisa mencintaimu. Apalagi kini banyak jahitan di wajahmu yg dulu mulus. Jika benar cinta itu butuh alasan, kurasa aku benar-benar tak bisa mencintaimu lagi sekarang.
Tetapi...
Cintaku bukan cinta yg palsu.
Cintaku kepadamu tulus. Aku menyukai dirimu yg apa adanya.
Aku tidak jatuh cinta karena kau punya suara yg merdu, rambut yg indah serta kulit yg mulus. Aku mencintaimu tanpa alasan apapun. Sampai kapanpun, aku teap akan mencintaimu. Sekalipun nanti rambut putihmu mulai tumbuh, kulitmu mulai menua dan keriput, aku selalu mencintaimu.
Menikahlah denganku...”

             Cinta tak pernah membutuhkan alasan. Ia juga akan tetap hadir secara misterius. Datang tanpa pernah diduga secara misterius. Datang tanpa pernah diduga sebelumnya. Percayalah akan kekuatan cinta, karena kau tak pernah tahu seberapa besar ia akan membuatmu hidup bahagia.


Writer : "A"
Posted on by RAteam | 1 comment

I'm Staying Here



I’M STAYING HERE

             Hallo, nama gua Dimas. Gua mau cerita sedikit tentang sahabat gua yg namanya Ardi. Jujur, gua salut banget sama sahabat gua yg satu ini. Dia bener-bener setia sama pasangannya, sampe saat terakhir pun dia masih tetep setia sama pasangannya. Gua gak pernah ketemu sama cowok yg kayak gini sebelumnya. Jadi ceritanya begini..

****

             Hari ini pertama gua masuk sekolah di kelas 2 SMP, karna peraturan sekolah maka setiap naik kelas semua murid harus di acak. Jadi di kelas 2 ini gua ketemu sama temen baru lagi. Saat pertama gua baru masuk kelas 2, gua langsung kenala sama Ardi. Dia temen pertama yg gua kenal di kelas 2 ini, dan dia dipilih jadi ketua kelas saat itu.
             Ardi itu orangnya sopan, gampang untuk bergaul, baik, gak pilih-pilih temen untuk bergaul, dan dia itu sangat royal. Pertama gua kenal sama dia aja gua langsung akrab sama dia. Saat itu sekolah gua lagi libur karna telah selesai menjalani Ulangan Semester Ganjil. Dan gua lagi bersantai di rumah gua, tiba-tiba ada sms dari Ardi.

“Dimas? Ntar siang temenin gua hang out mau gak? Gua sekalian mau minta pendapat tentang sesuatu nih sama lu.” Tanya Ardi ke gua lewat sms.

“boleh, mau kemana Di? Emng lu mau minta pendapat apaan?”. Jawab gua ke Ardi

“udah ntar aja gua kasih tau elunya.”

“yaudah sipp, ntar siangnya jam berapa nih?”

“ntar sekitar jam 1an Mas, ntar gua samper kerumah lu”

“okee, gua tunggu ya Di.”

“sipp.” Jawab Ardi mengakhiri obrolan gua dan dia di sms.

             Gua pun langsung mandi dan bersiap-siap karena ternyata jam udah nunjukin angka jam 12 lewat, dan Ardi bakalan nyampe dirumah gua sekitar jam 1. Setelah selesai siap-siap, gak lama kemudian si Ardi nyampe di rumah gua. Gua pun langsung pamit sama ortu gua, dan langsung berangkat dengan motor masing-masing. Gua pun sempat bertanya di jalan sama Ardi.

“Di, sekarang mau kemana nih kita?” tanya gua ke Ardi di tengah perjalanan.

“udah ntar lu liat aja, enak kok tempatnya santai.” Jawab Ardi ke gua yg bikin gua makin penasaran.

“bikin gua penasaran aja lu, yaudah buruan lah jalannya. Mendung nih bro”

             Gua dan Ardi pun langsung bergegas ngendarain motor karna takut kehujanan di jalan. Gak lama gua pun nyampe di tempat favorit Ardi. Gua dan Ardi pun langsung nyari tempat duduk dan memesan makanan dan minuman disitu. Setelah pesanan makanan, minuman gua dan Ardi sampai, Ardi pun mulai cerita ke gua.

“Mas, gini..gua mau minta pendapat lu tentang ini.” Ardi pun mengambil Hpnya dan menunjukan sebuah foto ke gua.

“nihh Mas, gua minta pendapat lu tentang dia. Gimana menurut lu?” sambung Ardi sambil menunjukan sebuah foto cewek ke gua.

“wahh cantik nih Di, siapa nih?” jawab gua ke Ardi.


“ini pacar baru gua, gua baru beberapa minggu sama dia Mas, namanya Dinda. Gimana menurut lu?”

“cantik kokk Di, cocok lah sama lu haha.” Canda gua ke Ardi.

“haha bener lu? Kata ortu gua juga begitu sih. Tapi ada satu masalah nih Mas, dan gua bingung harus gimana. Gua mau minta pendapat lu tentang ini.” Jawab Ardi ke gua.

“lohh ada masalah apa Di? Kn ortu lu setuju kalo lu sama dia.”

“iya sih, tapi cuma ortu gua doang yg setuju.” Jawab Ardi yg bikin gua makin penasaran.

“maksudnya apa?” tanya gua makin penasaran.

“ortunya Dinda gak setuju sama gua.”

“lohh yg bener lu? Kok bisa?”

“iyaa, kata ortunya gua cuma becanda pacaran sama dia. Gua disangka Cuma main-main doang”

“lah kok ortu cewek lu bisa ngomong begitu?”

“iya Mas, katanya sih gua masih belom bisa apa-apa. gua bingung harus gimana.”

“mm..menurut gua, lu harus tunjukin kalo lu serius sama cewek lu bro. Lu juga buktiin kalo lu gak kayak yg ortunya omongin, yg menurut mereka lu belom bisa apa-apa. Tunjukin ke ortunya kalo lu udah bisa dapetin uang sendiri dari usaha lu bisnis sepatu.”

“mm gitu ya, yaudah kalo gitu gua bakalan ngebuktiin ke ortunya kalo gua bener-bener serius pacaran sama Dinda.” Jawab Ardi semangat.

“nahh gitu dong. Lu kalo ada apa-apa cerita aja sama gua, gak usah sungkan yaa bro.”

“okee, makasih ya Mas.”

             Setelah Ardi cerita dan minta pendapat sama gua, gua sama Ardi pun langsung bersiap untuk pulang. Dari situ gua dan Ardi pun jadi semakin akrab, dan dia pun jadi sahabat gua yg paling royal.

*****

             Sudah hampir 6 bulan si Ardi belom cerita tentang hubungannya sama Dinda ke gua. Gua berpikir kalo hubungan dia baik-baik aja, ternyata perkiraan gua salah. Si Ardi mulai cerita lagi ke gua tentang keadaan hubungannya sama Dinda. Tapi kali ini dia ngajak gua main kerumahnya, karna kata Ardi ini sangat privasi buat di ceritain diluar. Gua pun berangkat kerumah Ardi, dan setelah sampe gua langsung diajak ke balkon atas karna Ardi pengan langsung cerita ke gua.

“ada masalah apa lagi Di? Tentang ortunya Dinda lagi ya?” tanya gua ke Ardi.

“bukan, bukan tentang itu Mas.” Jawab Ardi sayu.

“loh? Terus kenapa?”

“gua kasih tau lu, tapi lu janji ya sama gua kalo lu gak akan bilang ke siapa-siapa?”

“iyaa, gua gak akan cerita ke siapa-siapa.”

“gini Mas, ini tentang si Dinda. Gua baru tau kalo ternyata dia itu kena penyakit berbahaya.”

“penyakit berbahaya? Dinda kena penyakit apa Di?” tanya gua dengan penasaran.

“dia kena penyakit kanker otak, dan sekarang udah stadium 3.” Jawab Ardi mulai meneteskan air matanya.

“yaa ampun, lu tau dari mana kalo dia kena penyakit itu?”

“gua taunya kemaren. Pas gua lagi hang out sama dia, tiba-tiba dia bilang kalo kepalanya sakit banget, terus dia tiba-tiba pingsan. Gua kn panik ya kenapa, abis itu gua langsung panggil taksi dan langsung nganterin dia kerumah sakit.”

“terus abis itu? Lu taunya gimana? Apa Dinda sendiri yg ngasih tau ke elu?”

“bukan, gua tau setelah dokter periksa Dinda. Kata dokter, penyakit kanker Dinda kambuh dan makin parah.” Jawab Ardi, air matanya mulai banyak yg jatuh.

“yaa ampun Di parah banget. Terus abis itu Dinda di rawat enggak?”

“iya Dinda dirawat, dokter langsung nelpon ortunya. Pas ortunya Dinda dateng, gua langsung pergi.”

“terus sekarang gimana keadaannya Dinda?”

“Dinda sekarang udah mendingan, tapi dia masih dirawat.” Jawab Ardi sambil terisak menahan tangisannya.

“gua bingung banget Mas, gua gaktau harus ngapain. Gua gak mungkin ninggalin dia gitu aja. Gua harus gimana?” tanya Ardi ke gua yg bikin gua bingung.

“mm..lu harus tetep bertahan sama Dinda, Di. Lu buat bahagia terus, jangan sampe lu sama Dinda berantem. Pokoknya lu harus jaga perasaan Dinda, jangan sampe bikin dia banyak pikiran, jangan sampe penyakit dia kambuh lagi.”

“kalo emang gua harus ngelakuin itu, gua bakalan lakuin itu buat Dinda. Gua gak mau kehilangan Dinda, lu bantu gua ya Mas? Gua tetep butuh dukungan dan pendapat lu sebagai sahabat gua.” Ucap Ardi sambil mengusap air matanya.

“iyaa Di, gua bakalan tetep ada disamping lu kok sebagai sahabat.”

“udah lu jangan sediih lagi, semuanya bakalan baik-baik aja kok Di.” Sambung gua sambil nenangin Ardi.

“iyaa Mas, makasih ya lu udah dukung gua terus.”

“iya sama-sama, itu gunanya sahabat.”

             Setelah Ardi cerita semuanya ke gua, gua pun langsung diajak makan bareng keluarganya. Setelah selesai makan, gua langsung pamit sama Ardi dan keluarganya karna hari sudah semakin sore.

****

             Setelah hampir setahun dari kejadian itu, kita pun sekarang sudah lulus dan sudah memasuki masa yg baru, masa SMA. Gua dan Ardi satu SMA, karna kita udah janji bakalan bersama terus sebagai sahabat. Sejak SMA, Ardi makin romantis sama Dinda, makin dekat, dan lebih bahagia dari sebelumnya. Ardi nepatin janjinya, dia sama sekali gak buat penyakitnya Dinda kambuh selama ini, dia selalu ada untuk Dinda, dan dia tetap loyal sama gua. Setau gua, selama setahun ini gak ada masalah sedikit pun sama hubungan mereka. Ardi bener-bener ngejaga hubungannya sama Dinda, dia bener-bener serius sama Dinda. Tapi ortunya Dinda tetep gak setuju sama Ardi. Dan selama ini mereka menjalani hubungan tanpa sepengetahuan ortunya Dinda.
             Gua pun semakin salut sama Ardi, dengan tampangnya yg lumayan ganteng. Dia banyak di deketin oleh cewek-cewek di sekolah kita. Tapi Ardi gak nanggepin mereka dan tetap bertahan sama Dinda. Walopun cewek yg deketin Ardi lebih cantik daripada Dinda, tapi dia tetap bertahan sama Dinda. Mungkin ini yg namanya cinta sejati. Setelah beberapa bulan sejak kita masuk SMA, masalah di hubungan mereka pun mulai muncul lagi. Kali ini berhubungan sama ortunya Dinda lagi. Ardi pun nyeritain semuanya ke gua di rumahnya lagi.

“Mas, masalah gua kali ini bener-bener parah nih.” Ucap Ardi ke gua.

“loh emang sekarang masalahnya apa Di?”

“Dinda ketauan masih pacaran sama gua Mas, Dinda kemaren cerita ke gua. Gua bener-bener udah gakbisa ketemu lagi sama dia.”

“kenapa bisa ketauan? Setau gua, elu kalo jemput Dinda gak dirumahnya kn?” tanya gua ke Ardi penasaran.

“iya emang bener, gua ketauannya karna ada tetangga Dinda yg ngeliat, dan dia ngaduin ke bokapnya Dinda.”

“yahh ampun, terus kenapa lu gakbisa ketemu lagi sama dia?”

“si Dinda gak boleh keluar kalo gak ada yg nyamper kerumahnya Mas. Itu masalahnya.”

“mm..iyaa bener itu masalahnya. Gini deh, gua punya ide. Tapi lu bolehin gua gak?”

“emang lu punya ide apa Mas?” tanya Ardi jadi penasaran.

“gini, siu Dinda kn udah kenal gua, gua juga udah kenal Dinda. Gimana kalo setiap lu mau hang out sama Dinda, gua yg nyamper dia? Gimana?” ucap gua ke Ardi ngasih ide.

“lu yakin Mas? Gak keberatan lu ngelakuin itu?”

“yaelah santai aja kali, ini kn gua lakuin juga karna demi lu, biar lu bisa ketemu dan bahagiain Dinda terus.” Jawab gua nyemangatin Ardi.

“tapi gua gak enak sama lu Mas, kalo begitu gua ngerepotin lu banget.” Ucap Ardi sambil tertunduk lesu,

“udahlah gakpapa kok. Lu mau kn ketemu dan bahagiain Dinda terus? Lu gakmau kn penyakit dia kambuh lagi?”

“iyaa Mas. Tapi gua bener-bener gak enak sama lu.” Jawab Ardi tetep putus asa.

“udahlah kita coba aja, kalo berhasil, kita jalanin terus. Udah lu gak usah mikirin gua keberatan apa enggak. Gua rela kok ngelakuin ini buat sahabat gua.” Ucap gua tetep nyemangatin Ardi terus.

“mm..yaudah kalo gitu kita jalanin rencana kita besok ya Mas, gua ntar malem mau kasih tau Dinda tentang rencana kita.” Ardi mulai semangat.

“okee, besok atau ntar malem lu kabarin gua ya.”

“sipp, makasih ya Mas. Lu emang sahabat terbaik gua.”

“haha iya sama-sama Di”

             Setelah obrolan selesai, gua pun diajak makan bareng sama keluarganya Ardi. Selesai makan gua gak langsung pulang, karna Ardi ngajak gua buat ngerjain tugas bareng-bareng. Setelah selesai ngerjain tugas, gua pun langsung pamit pulang karna hari udah semakin malam.


“besok kabarin gua disekolahan ya Di.” Sahut gua mengingatkan Ardi.

“iyaa Mas, besok gua kabarin.”

“oke gua balik dulu yaa.”

“iyaa hati-hati dijalan Mas.”

             Gua pun langsung memacu motor gua. Sesampainya di rumah, gua langsung mikirin rencana buat besok. Setelah gua dapet rencana yg lumayan bagus, gua pun langsung tidur karna gua udah sangat mengantuk. Besoknya saat di sekolah, Ardi bilang kalo rencana hang outnya sama Dinda di undur, karena Dinda lagi gak boleh keluar untuk beberapa hari sama ortunya.

*****

             Beberapa hari kemudian, si Ardi bilang kalo hari ini dia mau hang out sama Dinda. Kemudian gua pun setuju ngelakuin rencana yg sebelumnya diundur dilaksanain sekarang. Setelah puang sekolah gua pun langsung bersiap-siap kerumah Dinda buat jemput dia. Setelah gua jemput, gua pun langsung menuju ke tempat pertemuan yg udah kita setujui. Sesampainya di titik pertemuan, si Ardi pun udah nunggu gua dan Dinda disana. Saat mereka ketemu, gua pun ngeliat mereka sangat mesra, karena sudah beberapa hari mereka gak ketemu. Gua pun melihat mereka sangatlah romantis, gua bener-bener yakin kalo mereka itu memang cinta sejati. Setelah beberapa jam gua menemani mereka, akhirnya kita pun pulang karna kita gak ingin ortunya Dinda curiga. Kita pun berpisah dan gua pun nganterin Dinda pulang kerumahnya.
             Mulai saat itu kita pun sering melakukan rencana itu, dan sejauh ini rencana itu pun sukses. Gua pun ngeliat perkembangan hubungan mereka setiap kita ketemu, mereka semakin lama semakin akrab. Gak pernah ada pertengkaran di antara mereka, Ardi bener-bener buktiin omongannya. Setelah beberapa bulan, masalah pun datang lagi. Ardi pun kembali cerita masalah apa yg ada ke gua.

“Mas, gua butuh pendapat lu. Gua bakalan pisah jauh sama Dinda.” Ucap Ardi murung.

“pisah jauh maksudnya gimana?” tanya gua penasaran.

“Dinda bakalan pindah Mas setelah selesai sekolah.” Jawab Ardi semakin murung.

“pindah? Pindah kemana Di?”

“dia bakalan pindah ke Bali Mas, dia mau di kuliahin sama ortunya disana.” Jawab Ardi sambil meneteskan air matanya.

“gua gak bakalan bisa ketemu dia lagi, gua kn nerusin bisnis gua disini.” Sambung Ardi ke gua.

“dia ke Bali beneran? Wahh sama kayak gua kalo gitu, gua nanti kalo udah selesai sekolah. Gua disuruh ke Bali buat nerusin restorant bokap gua Di.”

“beneran? Kalo gitu gua bisa gak minta tolong sama lu?” tanya Ardi ke gua.

“minta tolong apa Di? gua usahain bisa nolongin lu.”

“lu kn nanti selesai sekolah ke Bali kn? Lu bisa gak jagain dia disana? Terus lu nyari tempat tinggal yg deket sama rumah dia? Mau gak lu bantuin gua? Gua mohon Mas.” Ardi meminta tolong sama gua dengan sangat tulus, dia bener-bener cinta sama Dinda.

“mmm gitu, gua bisa kok bantuin lu Di. demi sahabat gua mau kok ngelakuin itu. Gua janji gua bakalan ngelakuin itu buat lu Di, lu tenang aja yaa.” Jawab gua menyanggupi permintaan Ardi.

“benerr lu bisa? Makasih bangett ya Mas!”

Gua dan Ardi pun sekarang punya rencana saat kita selesai sekolah. Ardi di Jakarta nerusin bisnis sepatunya, gua ke Bali buat nerusin usaha bokap gua sekaligus menjaga pasangan sahabat gua.

****

             2 tahun kemudian, kita pun bener-bener berpisah. Ardi menetap di Jakarta, dan gua melanjutkan usaha bokap gua di Bali sekaligus menepati janji gua sama Ardi. Setelah gua indah ke Bali, gua pun menghubungi Dinda untuk mengetahui dimana dia tinggal sekarang, Ardi pun udah memberitahu Dinda kalo selama dia disini, gua bakalan jagain dia. Setelah gua tua dimana rumah Dinda, gua pun mencari tempat tinggal yg gak jauh dari rumah Dinda. Setelah menemukan tempat yg cocok, gua pun menempatinya.
             Setelah gua selesai membereskan barang-barang gua, gua pun ngabarin Ardi lewat sms.

“Di, gua udah dapet rumah yg deket sama rumah Dinda nih. Gua bisa mantau dia dari sini.” Jelas gua ke Ardi.

“udah Mas? Oke kalo gitu makasih ya, lu emang sahabat terbaik gua. Oya, kalo ada apa-apa jangan lupa kabarin gua yaa.” Sahut Ardi lewat sms.

“iyaa Di sama-sama ya. Iya pasti gua selalu ngabarin lu kok.”

“hehe okee gua tunggu kabar lu selanjutnya  ya Mas.”

“okee Di siap!” ucap gua mengakhiri pembicaraan gua dan Ardi di sms.

             Kita pun ngejalanin rencana kita, berbulan-bulan udah kita lewatin. Setiap ada kejadian apa-apa yg menyangkut tentang Dinda, gua selalu ngabarin Ardi. Gua nepatin janji gua disini, gua ngejaga terus si Dinda demi Ardi.

*****

             Sudah bertahun-tahun kita ngejalanin rencana ini. Selama ini kita belom ketemu lagi, karna kita masih sibuk sama kerjaan dan belom ada waktu libur. Sudah lama penyakit Dinda gak kambuh. Tapi saat gua lagi nemenin dia buat beli makanan, Dinda ngomong sesuatu ke gua.

“Mas, tolong gua Mas. Gua gak kuat banget.” Ucap Dinda bikin gua panik.

“Din? Lu kenapa Din?” tanya gua panik ke Dinda.

“gua gak kuat Mas, kepa...” ucap Dinda terpotong karena tiba-tiba dia jatuh pingsan.

“Din? Dinda! Bangun Din!!” teriak gua ke Dinda sambil berusaha membangunkan dia.

             Gua pun langsung minta tolong sama orang-orang untuk coba memindahkan Dinda yg jatuh di lantai.

“pak tolong bantu saya angkat temen saya ke bangku” ucap gua ke bapak-bapak yg berada di dekat gua.

“bu, tolong telpon ambulan bu cepet!” sahut gua lagi ke ibu-ibu yg sedang mengipas Dinda.

             Setelah gak lama ibu-ibu tadi nelpon rumah sakit, ambulan pun dateng. Gua dan 2 orang bapak-bapak pun mengangkat Dinda menuju ke dalem ambulan di bantu oleh perawat yg ada di dalem ambulan. Gua pun kemudian menuju rumah sakit dengan motor gua.
             Sesampainya di rumah sakit, Dinda pun langsung dimasukan ke ruang ICU. Gua pun langsung menelpon orang tuanya Dinda. Setelah gua telpon, ortunya Dinda pun langsung terbang menuju Blai dari Jakarta.


*****

             Setelah beberapa hari dirawat, akhirnya Dinda sadar. Setelah sadar, dia bilang ke gua kalo gua gak boleh memberitahu Ardi tentang kejadian ini. Gua pun menuruti permintaan Dinda, dan gua sama sekali belom memberitahu Ardi tentang kejadian ini. Gua masih bilang ke Ardi kalo Dinda baik-baik aja.
             Keadaan Dinda semakin hari semakin memburuk, gua khawatir karna Ardi sama sekali gak tau tentang ini. Di suatu malam, gua di suruh oleh Dinda untuk datang ke rumah sakit karna dia ingin memberikan sesuatu ke gua. Setelah gua sampai, Dinda pun menyuruh gua masuk dan meminta kedua ortunya untuk keluar kamar sebentar, karna Dinda pengen memberikan sesuatu yg tidak ingin di ketahui siapapun selain gua.

“Dimas, gua udah udah nganggep lu sodara gua sendiri. Karna selama Ardi dan ortu gua di Jakarta, lu yg jagain gua disini. Lu juga tau kn sekarang keadaan gua semakin lama semakin memburuk, mungkin hidup gua gak akan lama lagi..” ucap Dinda lemas.

“Din, lu jangan ngomong begitu dulu. Ada Ardi yg lagi nungguin lu di Jakarta. Dan gua udah janji sama dia kalo lu bakalan baik-baik aja.” Jawab gua ke Dinda.

“Mas, kata dokter hidup gua udah tinggal beberapa hari lagi. Mungkin lebih parah bisa tinggal beberapa jam lagi. Gua mau ngasih lu surat ini, ini amanat dari gua. Kalo gua udah gak ada, gua mau lu bacain surat ini di depan Ardi dan ortu gua ya?” tanya Dinda ke gua sambil menyodorkan sepucuk surat ke gua.

“lu yakin Din?” jawab gua murung, gua semakin khawatir sama keadaan Dinda.

“iya Mas, bisa kn lu nyampein surat ini ke Ardi sama ortu gua?” tanya Dinda lagi. Dan suaranya semakin lemas.

“iya Din, gua janji. Gua bakalan sampein amanat dari lu.” Jawab gua mulai menetes kn air mata sedikit demi sedikit.

“makasih ya Mas, lu emang sahabat paling baik buat gua sama Ardi. Udah lu jangan nangis ya, gua gakpapa kok.” Jawab Dinda mencoba tegar.

“mm..iyaa Din, lu harus kuat ya.” Jawab gua sambil mengusap air mata gua.

“yaudah, lu kalo mau pulang, pulang aja. Gua mau istirahat. Oya, nanti kalo lu keluar panggilin ortu gua yaa.”

“mm iya Din, gua pulang dulu yaa. Lu istirahat aja yaa.” Gua pun pamit sama Dinda, karna gua juga ada kerjaan.

“hati-hati dijalan ya Mas.”

             Gua pun keluar kamar Dinda dan langsung mencari ortunya Dinda. Dan gua ketemu sama ortunya Dinda di ruang tunggu, gua pun langsung menghampiri mereka. Setelah gua hampiri ortunya Dinda, gua pun pamit sama mereka dan memberitahu kalo Dinda memanggil mereka. Setalah itu gua pun langsung keluar Rumah sakit dan langsung ke restaurant gua untuk bekerja.

****

             Setelah beberapa hari, gua pun tiba-tiba mendapat kabar buruk dari ortunya Dinda. Gua pun langsung menuju rumah sakit. Setelah sampai gua pun langsung menuju ke kamar tempat Dinda dirawat. Saat gua masuk, ortu Dinda pun panik dan langsung memberitahu gua apa yg terjadi.

“Dimas, Dinda dari tadi mengigau sambil teriak kesakitan Mas.” Sahut Ibu Dinda sambil menangis.

“memang Dinda mengigau bagaimana tante? Cerita ke Dimas.”

“Dinda terus menerus memanggil nama kamu dan Ardi sambil teriak kesakitan. Tante panik gak tau harus apa.” jawab Ibunya Dinda sambil terus menangis.

“tante beneran? Tante tenang ya tante, Dimas mau nelpon Ardi dulu.” jawab gua ikutan panik.

“iyaa Dimas tolong cepat telpon Ardi dan suruh kesini cepat yaa!” sahut ibunya Dinda.

             Gua pun dengan keadaan panik langsung menelpon Ardi, tapi gak diangkat-angkat sama Ardi. Gua pun coba sms dia dan menyuruhnya untuk mengangkat telpon gua. Setelah beberapa menit, Ardi pun mengangkat telpon gua.

“ada apa Mas? Kok nelponin terus?” tanya Ardi penasaran.

“Di..Dinda Di.. Dinda..” jawab gua terbata-bata karna panik.

“Dinda? Dinda kenapa Mas?! Dinda kenapa??!!” tiba-tiba Ardi panik.

“Dinda penyakitnya kambuh Di. Kata ortunya, dari semalem Dinda terus-menerus nyebut nama lu Di sambil teriak kesakitan.”

“dan gua disuruh ortunya Dinda buat nelpon lu dan nyuruh lu dateng kesini. Lu bisa kn dateng kesini buat Dinda?” sambung gua ke Ardi.

“okee okee, bilang ke ortunya Dinda kalo gua terbang kesana sekarang juga.” Jawab Ardi dengan cepat.

“okee, cepett ya Di.” gua pun mengakhiri pembicaraan di telpon.

             Setelah menelpon Ardi, gua pun langsung memberitahu ortunya Dinda kalo Ardi langsung terbang kesini hari ini juga.
             Setelah beberapa jam, akhirnya Ardi sampe di Bali pada saat malam hari, dan langsung menuju ke rumah sakit. Ketika sampai dirumah sakit, Ardi pun langsung menuju kamar Dinda. Kami semua pun langsung menyambut kedatangan Ardi, tapi saat itu Dinda sudah tertidur. Kemudian, ortu Dinda pun menceritakan semua kejadian kepada Ardi.

****

             Setelah 2 hari kemudian, keadaan Dinda pun semakin buruk. Saat itu gua lagi kerja, dan Ardi sedang tidur di rumah gua karena semalaman dia menjaga Dinda dirumah sakit. Tiba-tiba gua dapet telpon dari ortunya Dinda, mereka menyuruh gua dan Ardi untuk cepat datang ke rumah sakit, karna keadaan Dinda sudah sangat parah. Gua pun langsung bergegas meninggalkan kerjaan gua dan langsung menuju kerumah untuk membangunkan Ardi. Sesampainya dirumah gua pun langsung membangunkan Ardi yg masih tidur.

“Ardi bangun cepetan Di!” teriak gua untuk membangunkan Ardi.

“apaan sih Mas gua masih ngantuk nih..” jawab Ardi males-malesan.

“bangun cepetan Dinda makin parah! Tadi ortunya nelpon gua. Cepetan bangun!”

“hah?! Yg bener lu?! Yaudah ayok cepetan berangkat.” Jawab Ardi langsung bergegas bangun dan ganti baju.

“iyaa cepetan ayokk!” gua pun langsung menuju mobil.

             Setelah itu kita pun langsung menuju rumah sakit dan langsung menuju kamar Dinda. Sesampainya disana, kita pun melihat ortunya Dinda yg menangis di pinggir ranjang Dinda. Dan Dinda terlihat begitu lemas, bahkan terlihat seperti setengah sadar. Lalu Dinda memanggil kami untuk mendekatinya.

“Mah, Pah.. Ardi, Dimas. Hidup Dinda udah gak lama lagi, Dinda mau ngucapin terima kasih sama kalian semua yg udah sayang dan menjaga Dinda selama ini. Dinda minta maaf yaa semuanya kalo Dinda ada salah sama kalian. Dinda sayang banget sama kalian semua.” Jawab Dinda dengan suara yg sangat lemas.

             Dinda pun mengucap kan salam perpisahannya, kemudian mata Dinda menutup dengan sangat perlahan, Dinda telah menghembuskan nafas terakhirnya. Terlihat senyum di wajahnya, kemudian semua orang yg ada disitu menangis termasuk gua dan Ardi. Dokter pun menutup seluruh badan Dinda. Penyakit kanker Dinda telah mengalahkannya.
             Sesuai janji gua sama Dinda, gua pun menyampaikan amanat dari Dinda yg ditulis di atas sepucuk surat yg waktu itu telah dia berikan ke gua sebelum meninggal.

“om, tante, dan lu Ardi. Sebelum Dinda meninggal, Dinda menitipkan surat ini kepada saya, Dinda meminta saya untuk membacakannya di depan kallian semua kalau Dinda sudah tidak ada.” Ucap gua ke ortu Dinda dan Ardi yg berada di dalam kamar.

             Kemudian gua pun membacakan surat dari Dinda di depan mereka semua.

“untuk semua orang yg Dinda sayang, kalau Dimas membacakan surat ini, berati Dinda udah enggak ada lagi di dunia ini.
Untuk mamah dan papah, kalian jangan menyalahkan Ardi lagi ya, jangan ngomelin dia lagi. Semua yg kalian pikirin tentang Ardi itu salah. Ardi selama ini udah baik banget sama Dinda, dia bener-bener cinta dan sayang sama Dinda. Mamah sama papah jangan salah paham lagi sama Ardi ya? Ardi bener-bener sayang sama Dinda, Dinda juga sayang banget sama Ardi. Cuma Ardi yg bisa bikin Dinda bener-bener ngerasain kasih sayang yg bener-bener tulus selain dari mamah sama papah. Maafin Dinda ya mah, pah belom bisa bahagian kalian.
Untuk Dimas, sahabat gua yg paling baik. Makasih yaa selama ini lu udah jagain gua di Bali, lu bener-bener baik sama gua. Gua udah nganggep lu sebagai sodara gua sendiri, makasih yaa udah jaga gua.
Dan untuk Ardi, cowok yg paling aku sayang. Makasih yaa buat 7 tahun terakhir ini, aku bener-bener ngerasain kasih sayang yg sesungguhnya dari cowok. Kamu emang yg terbaik buat aku. Aku sayang banget sama kamu.
Maaff yaa semuanya, waktu Dinda cuma sebentar. Dinda gakbisa ngebales semua perbuatan baik kalian sama Dinda. Dinda bakalan selalu inget sama kalian, Dinda juga bakalan kangen banget sama kalian. Maaff yaa Dinda gak bisa gak bisa hidup lebih lama lagi buat bahagiain kalian.
Dinda sayangg banget sama kalian semua! Kalian yg terbaik yg pernah Dinda punya.
Semoga kalian semua bisa bahagia kayak biasa tanpa Dinda ya, Aamiin.”

             Kemudian semua yg mendengar pun menangis, ortu Dinda menangis semakin kencang setelah mendengar surat dari Dinda. Gua dan Ardi pun gak sanggup menahan air mata kami.
             Setelah itu Dinda pun dipulangkan ke Jakarta dan dimakamkan disana. Saat pemakaman, gua pun melihat kesedihan yg sangat mendalam dari muka Ardi dan ortunya Dinda. Gua gak pernah ngeliat Ardi sesedih ini, baru pertama kali gua ngeliat dia begini. Setelah pemakaman selesai, semua orang yg datang pun mulai pulang satu persatu. Kemudian ortunya Dinda pun mengajak gua dan Ardi untuk pulang bersama.

“Ardi, Dimas. Ayuk kita pulang, udah waktunya kita pulang. Kita harus ikhlasin kepergian Dinda, Dinda sekarang udah tenang disana.” Ucap ibunya Dinda kepada kami.

“tante, om sama Dimas duluan aja ya. Ardi masih mau nemenin Dinda disini.” Jawab Ardi sambil mengusap nisan Dinda.

“yaudah, kita pulang duluan yaa Ardi. Kamu jangan terlalu lama yaa disini. Ayuk Dimas kita pulang” Ucap ayah Dinda.

“Di, gua pulang duluan yaa. Yg sabar ya sob.” Sahut gua ke Ardi.

“iyaa Mas, makasih yaa. Lu juga hati-hati dijalan.” Jawab Ardi.

             Kemudian gua dan ortunya Dinda pun pulang. Gua lihat Ardi masih duduk di samping kuburan Dinda sambil mengusap nisan Dinda.

****

             Seminggu kemudian, gua pun berniat untuk mengunjungi Ardi, untuk melihat keadaannya. Dan kebetulan jalan kerumah Ardi melewati kuburan Dinda. Saat melewati kuburan Dinda, gua pun melihat sosok yg tidak asing, dan ternyata itu si Ardi sedang mengunjungi Dinda. Gua pun berhenti dan melihat apa saja yg Ardi lakukan di kuburan Dinda. Tapi tidak terlalu kelihatan, karena jaraknya lumayan jauh. Tidak lama kemudian, Ardi pun bangkit dari duduknya dan berjalan menuju keluar area pemakaman. Setelah Ardi pergi, gua pun langsung turun dan berjalan menuju kuburan Dinda. Kemudian gua pun melihat sebucket bunga mawar merah berada di kuburan Dinda, dan ada sepucuk surat diatasnya.
             Kemudian seorang penjaga kuburan pun menghampiri gua, dia memberitahu gua kalo ada seorang pemuda yg setiap hari datang ke kuburan Dinda untuk menaruh sebucket bunga di kuburan ini dan membersihkan kuburan Dinda. Dan setiap hari, isi dari surat yg di taruh selalu sama.
             Gua pun melihat kalau Ardi benar-benar mencintai Dinda walopun Dinda sudah gak ada. Mungkin ini lah yg namanya Cinta sejati.
            
             Inilah isi dari surat yg selalu dibawakan Ardi setiap hari untuk Dinda.

Dinda, hari ini aku dateng lagi nihh hehe. Aku bawain sebucket bunga mawar merah lagi nih yg dulu pernah kamu minta dari aku. Semoga kamu tenang di sana ya, aku selalu ada disini buat kamu. Aku akan selalu mengunjungi kamu setiap hari. Sampai ketemu besok ya sayangku.
             Aku sayang banget sama kamu Dinda, kamu yg terbaik buat aku.

From someone who always love you..
Ardi


Writer : "R"
Posted on by RAteam | No comments